Indonesia memiliki banyak pahlawan kemerdekaan. Para pahlawan nasional Indonesia ini berjuang meraih dan mempertahankan kebebasan Indonesia dari penjajahan.
Mereka juga mempertahankan kedaulatan RI dari serbuan ideologi asing yang tidak sesuai dengan Pancasila. Yuk mengenal jasa-jasa mereka.
Apa Itu Pahlawan Nasional
Pahlawan nasional Indonesia adalah sebutan untuk orang-orang yang berjuang dan bertindak secara nyata bagi kepentingan bangsa dan negara Indonesia.
Para pahlawan nasional berjasa luar biasa dan perbuatannya dapat dikenang serta diteladani sepanjang masa.
Tidak semua orang mendapat kehormatan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi seperti:
- WNI yang telah meninggal dunia dan semasa hidupnya melakukan perjuangan bersenjata atau politik. Baik untuk merebut maupun mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
- Memiliki pemikiran dan karya besar yang bermanfaat bagi Indonesia
- Perjuangannya dilakukan hampir sepanjang hidupnya.
- Tidak pernah menyerah pada musuhnya, serta selama hidupnya tidak melakukan perbuatan tercela.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional diberikan setiap Hari Pahlawan pada tanggal 10 November. Acuannya adalah Dekrit Presiden No. 241 Tahun 1958.
163 Pahlawan Nasional Indonesia
Di bawah ini adalah nama-nama 163 orang pahlawan nasional yang sebaiknya kamu kenal, agar dapat meniru patriotismenya.
Abdoel Moeis
Abdoel Moeis adalah tokoh pertama yang ditetapkan Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional. Tepatnya pada bulan Agustus 1959.
Beliau adalah seorang sastrawan, politisi, penulis, sekaligus jurnalis. Kalau kamu pernah mendengar judul novel "Salah Asuhan", itu adalah salah satu karya beliau.
Perjuangan beliau dilakukan melalui tulisan di media massa dan orasi-orasinya yang membakar semangat. Beliau juga salah satu pencetus berdirinya ITB dan pernah menjabat sebagai anggota Volksraad.
Abdoel Moeis lahir di Kabupaten Agam, Sumatera Barat tanggal 3 Juli 1883. Wafat di Bandung, 17 Juni 1959.
Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Indonesia. Bagi beliau, melawan penjajah tidak hanya dengan senjata, tetapi juga dengan mengajarkan nasionalisme kepada generasi muda Indonesia.
Selain menjadi pengajar, beliau juga pernah menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan.
Ki Hajar Dewantara lahir tanggal 2 Mei 1889. Tanggal lahirnya diabadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau wafat di Yogyakarta tahun 1959 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun yang sama.
Raden Mas Soerjopranoto
Raden Mas Soerjopranoto adalah keturunan Keraton Yogyakarta yang lahir di tahun 1871. Beliau berjuang memperbaiki nasib buruh pribumi yang sering ditindas penjajah Belanda.
Beliau memimpin gerakan mogok kerja agar pemerintahan Hindia Belanda mau menaikkan upah buruh dan berhenti memaksa mereka melakukan kerja paksa.
Atas jasanya, beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1959.
Mohammad Hoesni Thamrin
Hoesni Thamrin lahir tahun 1894 di Sawah Besar, Jakarta. Beliau adalah politisi unggul dan aktivis kemerdekaan.
Beliau juga pernah menjabat sebagai Dewan Kota Batavia. Saat itu Belanda masih menjajah indonesia.
Walaupun menjadi pejabat tinggi, jiwa patriotismenya tidak pernah luntur. Beliau berjuang di dewan Volksraad, partai politik, dan media massa.
Hoesni Thamrin pula yang mengusulkan pemakaian nama Indonesia atau Indonesisch untuk menggantikan sebutan Nederlands Indie dan Nederland Indisch. Namun usulan itu ditolak Belanda.
Beliau wafat tahun 1941 dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional di tahun 1960.
K.H. Samanhoedi
K.H. Samanhoedi lahir tahun 1878. Beliau merupakan seorang pengusaha, pendakwah, pengajar agama, sekaligus politikus.
Beliau adalah salah satu pendiri Sarekat Islam, organisasi perjuangan para pengusaha melalui bidang dagang dan ekonomi. K.H. Samanhoedi wafat tahun 1956 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun 1961.
Raden Oemar Said Tjokroaminoto
Tjokroaminoto adalah seorang pedagang, bangsawan, serta ulama. Beliau melawan Belanda melalui tulisan-tulisannya di media massa serta organisasi Sarikat Islam bersama K.H. Samanhoedi.
Atas perjuangannya itulah beliau mendapat gelar Pahlawan Nasional. Lahir di Pnorogo tahun 1883, beliau konsisten melancarkan ide tentang kesejahteraan bangsa dan pemerintahan sendiri bagi Indonesia.
Raden Tjokroaminoto juga sempat menjadi anggota Dewan Rakyat (Volksraad) tetapi dicopot dan dipenjarakan Belanda karena sikapnya yang menentang penjajah. Beliau wafat tahun 1934.
Danoedirja Setiaboedhi
Kamu mungkin mengenal beliau di buku-buku sejarah dengan nama Douwes Dekker. Ya, nama asli beliau adalah Ernest Francois Eugene Douwes Dekker. Lahir di Pasuruan tahun 1879.
Douwes Dekker terpesona pada perjuangan rakyat indonesia yang pantang menyerah dan memutuskan untuk bergabung.
Beliau adalah wartawan, penulis, tokoh politik, serta sastrawan. Melalui pidato dan tulisan-tulisannya, beliau membangkitkan semangat kebangsaan indonesia.
Atas jasanya, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1961.
Sisingamangaraja XII
Sisingamangaraja XII bernama asli Patuan Bosar Ompu Pulo Batuyong. Lahir di Bakkara, Tapanuli Utara tahun 1849.
Beliau adalah anak kepala adat sekaligus pemuka agama di sukunya. Jabatan yang juga dipegang Sisingamangaraja XII setelah ayahnya wafat.
Perang melawan Belanda beliau mulai pada tanggal 17 Februari 1878, dan bekerja sama dengan para panglima perang dari Aceh dan Sumatera Barat.
Sisingamangaraja XII gugur pada tahun 1907,setelah diserang dan dikepung habis-habisan oleh pasukan gabungan Belanda di Balige. Karena keteguhan dan patriotismenya mempertahankan Tanah Batak dari penjajahan, beliau ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 1961.
Dr. G.S.S.J Ratulangi
Kita lebih mengenal beliau dengan nama Sam Ratulangi. Politisi Minahasa yang lahir tahun 1890. Beliau adalah penentang Belanda yang sangat vokal melalui pidato dan tulisan-tulisannya.
Dr. Sam Ratulangi juga adalah pendukung kemerdekaan Indonesia. Atas jasanya, beliau mendapatkan gelar Pahlawan Nasional tahun 1961. Dr. Sam Ratulangi wafat pada tahun 1949.
Dr. Soetomo
dr. Soetomo adalah salah satu putera Indonesia yang cerdas, hingga bisa bersekolah di Stovia. Sekolah kedokteran yang didirikan Belanda.
Beliau adalah seorang dokter, pendidik, politikus, aktivis kemerdekaan, dan tokoh pemuda. Beliau juga tokoh Muhammadiyah dan pendiri organisasi Budi Utomo.
Sepak terjangnya mendapat anugerah Pahlawan Nasional di tahun 1961. Hari lahir Budi Utomo juga diabadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
dr. Soetomo yang lahir tahun 1888 wafat tahun 1938, sebelum Indonesia merdeka. Namun perjuangannya telah menyemangati para pejuang lain untuk terus menolak penjajah Belanda.
K.H. Ahmad Dahlan
K.H. Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta tahun 1868. Beliau adalah seorang dai, guru, pedagang, serta aktif di berbagai organisasi.
Perjuangan beliau melawan penjajah dijalankan melalui bidang pendidikan dan agama. Beliau menyatukan para pejuang Islam agar tidak mudah dipecah belah Belanda.
Selain itu, beliau juga pendiri organisasi Muhammadiyah yang kemudian juga memiliki institusi pendidikannya sendiri. Ahmad Dahlan wafat tahun 1934 dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional tahun 1961.
H. Agus Salim
H. Agous Salim adalah seorang politisi yang memiliki kemampuan diplomasi andal. Beliau juga dai dan tokoh Muhammadiyah. Pahlawan ini lahir di Koto Gadang tahun 1884 dan wafat tahun 1954.
H. Agus Salim pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. Dengan kecakapannya, beliau juga menjadi dosen dan penulis. Gelar Pahlawan Nasional disematkan padanya pada tahun 1961.
Jenderal Gatot Soebroto
Jenderal Gatot Soebroto adalah seorang Deputi Ketua Staff Angkatan Darat TNI. Beliau lahir tahun 1907.
Sebagai tentara, sang jenderal dengan gagah berani memimpin serangan melawan Belanda. Jenderal Gatot Soebroto juga merupakan salah satu petinggi Angkatan Darat yang menjadi ujung tombak tentara Indonesia.
Beliau wafat tahun 1962 dan patriotismenya diganjar gelar Pahlawan Nasional pada tahun yang sama.
Sukardjo Wiropranoto
Sukardjo Wiryopranoto adalah tokoh kemerdekaan yang lahir tahun 1903. Beliau juga adalah diplomat dan politisi.
Beliau teguh memperjuangkan pengakuan negara-negara di dunia atas kemerdekaan Indonesia. Karena itulah gelar Pahlawan Nasional disematkan padanya pada tahun 1962.
Dr. Ferdinand Lumban Tobing
Dokter Ferdinand Lumban Tobing bukan hanya dokter yang cakap, tetapi juga politisi dan pejuang hak-hak asasi rakyat. Terutama kaum buruh atau pekerja yang sering diperlakukan semena-mena oleh Belanda.
Saat itu, buruh Indonesia dipekerjakan Belanda di berbagai sektor termasuk perkebunan. Namun bayaran mereka sangat kecil dan kerap diberi hukuman fisik.
Dokter Ferdinand berjuang tanpa kenal lelah hingga akhir hayatnya tahun 1962. Di tahun yang sama pula beliau mendapat gelar Pahlawan Nasional.
K.H. Zainul Arifin
Zainul Arifin adalah politisi dan gerilyawan pemberani. Beliau lahir tahun 1909 dan gugur tahun 1963 saat peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno.
Di tahun yang sama pula keberanian beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Tan Malaka
Tan Malaka adalah seorang pahlawan yang sedikit kontroversial. Maksudnya, beliau memiliki beberapa pemikiran yang agak berbeda dari kebanyakan tokoh nasional.
Tan Malaka lahir tahun 1884 dan berasal dari Minangkabau. Gagasan politiknya terlontar melalui buku-buku dan artikel yang ditulisnya.
Tan Malaka wafat tahun 1949 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun 1963.
Mgr. Albertus Sugijapranata
Mgr. Albertus adalah seorang Uskup Katolik dan seorang nasionalis. Melalui pengaruhnya sebagai pemimpin keagamaan, beliau membangkitkan jiwa perjuangan di dada para jemaatnya.
Beliau lahir di tahun 1896 dan wafat pada tahun 1963. Di tahun itu pula beliau mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Ir. Djoeanda Kartawidjaja
Tahukah kamu bahwa bentuk pemerintahan Indonesia pernah berubah menjadi Republik Indonesia Serikat? Saat itu kita baru merdeka dan sedang berusaha membangun dari awal negara yang mandiri.
Ir. Djoeanda adalah Perdana Menteri Indonesia Serikat yang terakhir. Beliau juga politisi andal yang selalu menjunjung tinggi nasionalisme dan persatuan.
Pria yang lahir tahun 1911 ini adalah salah satu tokoh Muhammadiyah. Ir. Djoeanda wafat pada tahun 1963 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun yang sama.
Dr. Sahardjo, S. H
Dr. Sahardjo adalah Menteri Hukum dan HAM di kabinet kerja 1, 2, dan 3. Beliau adalah politikus, ahli hukum, dan aktivis sosial. Kiprahnya di tiga bidang tersebut juga dijadikannya sebagai sarana mengkritik kebijakan pemerintahan Hindia Belanda.
Beliau lahir tahun 1909 di Surakarta dan wafat di Jakarta pada tahun 1963. Gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan padanya di tahun 1963.
Tjoet Njak Dien
Pahlawan wanita dari Nanggroe Aceh Darussalam ini lahir di Lampadang, Aceh Besar tahun 1848. Beliau adalah puteri Aceh yang masih memiliki darah Minangkabau.
Pada tahun 1873, Belanda menyerang daerah Mukim tempat beliau tinggal diserang Belanda. Suami pertama beliau, Teuku cik Ibrahim Lamnga pun gugur. Sejak itu Tjoet Njak Dien bertekad meneruskan perjuangan tersebut.
Perlawanan beliau dihadapi Belanda dengan berondongan meriam dari kapal-kapal perang. Tjoet Njak Dien berhasil mengusir Belanda dari Aceh Besar.
Tahun 1880, Tjoet Njak Dien menikah dengan Teuku Umar. Tahun 1899 sang suami gugur dan Tjoet Njak Dien menggantikannya sebagai panglima perang.
Pahlawan wanita ini wafat tahun 1908 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun 1964.
Tjoet Njak Moetia
Selain Tjoet Njak Dien, Aceh juga memiliki pahlawan wanita lain yang tak kalah pemberani. Namanya Tjoet Njak Moetia.
Beliau juga adalah keturunan bangsawan Aceh yang memimpin perjuangan para gerilyawan Tanah Rencong. Beliau lahir tahun 1870 dan wafat tahun 1910. Sedangkan gelar Pahlawan Nasional diberikan pada tahun 1964.
Raden Adjeng Kartini
Kamu pernah mengikuti karnaval Hari Kartini tanggal 21 April? Nah, hari Kartini yang kita peringati itu diambil dari tanggal lahir Pahlawan Nasional kita, Raden Adjeng Kartini.
Beliau adalah pejuang hak asasi para wanita. Melalui kumpulan surat-suratnya yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini memperjuangkan agar perempuan memiliki hak mengenyam pendidikan resmi di sekolah.
Bukan hanya belajar membaca dan menulis, para perempuan juga seharusnya berhak mengemukakan pendapat, memberikan pandangan, dan ikut berjuang bersama kaum pria.
Atas perjuangannya tersebut Kartini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1964. Kartini wafat tahun 1904, jauh sebelum kemerdekaan.
Dr. Tjipto Mangunkusumo
Beliau adalah seorang dokter, anggota Dewan Rakyat (Volksraad), dan tokoh Indsche Partij. Dokter Tjipto Mangunkusumo berjuang melalui bidang politik, literasi, media massa, dan sosial.
Pemikirannya yang tajam dan menyerang Belanda mengakibatkan beliau beberapa kali ditangkap dan dipenjarakan penjajah.
Beliau wafat di tahun 1943, menjelang kemerdekaan. Sementara gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan pada beliau pada tahun 1964.
K.H. Fakhruddin
K.H. Fakhruddin juga berjuang melalui bidang pendidikan, sosial, dan keagamaan. Beliau adalah dai dan salah satu pemimpin Muhammadiyah.
Salah satu jasanya adalah menegosiasikan pengamanan jemaah haji asal Indonesia dengan pemerintah Arab Saudi. K.H. Fakhruddin wafat pada tahun 1929 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun 1964.
K.H. Mas Mansur
K.H. Mas Mansur adalah tokoh politik, pemimpin Muhammadiyah, dan tokoh keagamaan yang disegani,
Lahir di Surabaya tahun 1896, beliau adalah pimpinan yang tegas dan disiplin, terutama soal ketepatan waktu.
Namanya dikenal sejak terjun ke dunia politik dan kerap mengemukakan pentingnya persatuan umat Islam. Beliau wafat pada tahun 1946 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1964.
dr. Moewardi
Dokter Moewardi adalah seorang dokter yang juga patriotik serta cakap di bidang kepanduan. Beliau juga terlibat dalam peristiwa Proklamasi, dengan menjadi pimpinan pasukan keamanan saat itu.
Namanya pernah diabadikan sebagai nama rumah sakit di Surakarta. Beliau lahir tahun 1907 di Pati dan wafat tahun 1948.
K.H. Abdul Wahid Hasjim
K.H. Abdul Wahid Hasyim adalah ayah salah satu mantan presiden Indonesia, K.H. Aburrahman Wahid atau Gus Dur. Abdul Wahid Hasyim adalah tokoh agama, salah satu pemimpin Nahdatul Ulama, dan pejuang kemerdekaan.
Beliau berjuang melalui bidang pendidikan, sosial, politik, dan literasi. Seluruh pendidikan dasar hingga tinggi beliau tempuh di pesantren. Abdul Wahid Hasjim pernah menjabat sebagai Menteri Negara dan Menteri Agama di era Presiden Soekarno.
Sri Susuhunan Pakubuwono VI
Susuhunan Pakubuwono VI adalah raja pemberani dari Keraton Surakarta. Beliau memberontak melawan pasukan kolonial Belanda yang ingin menguasai daerah keraton.
Karena keberanian dan perlawanannya tersebut, pada tahun 1964 pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional padanya.
Sri Susuhunan Pakubuwono VI lahir tahun 1807 dan wafat pada tahun 1849.
K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari
Muhammad Hasyim Asy’ari adalah ulama besar Jawa Timur yang namanya harum hingga sekarang. Beliau adalah pendiri Nahdatul Ulama, juga seorang pendakwah, guru, dan pejuang kemerdekaan.
Sebagai ulama, Muhammad Hasyim Asy’ari memilih bidang agama, sosial, pendidikan dan budaya sebagai ranahnya berjuang. Ketegasannya menolak kebijakan Belanda yang merugikan rakyat dan bertentangan dengan agama Islam sangat ditakuti penjajah.
Beliau juga adalah kakek presiden keempat kita, K.H. Abdurrahman Wahid. Beliau lahir pada tahun 1857 dan wafat di tahun 1946.
R.M.T. Ario Soerjo
Raden Soerjo adalah gubernur pertama Jawa Timur. Beliau menjabat pada tahun 1945 hingga 1948. Lahir di Magetan, 9 Juli 1898, beliau mengenyam pendidikan tentara di Sekolah Pembentukan Perwira.
Raden Soerjo juga adalah korban PKI. Pimpinan partai komunis tersebut membunuh Raden Soerjo karena beliau kerap menentang pernyataan dan tindak tanduk PKI. Sang gubernur gugur pada tanggal 10 September 1948.
Karena keberanian dan rasa nasionalismenya serta perlawanannya kepada PKI, Raden Soerjo mendapat gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1964.
Jenderal Besar Soedirman
Kamu pasti tahu Jenderal Soedirman, bukan? Beliau adalah pemimpin besar gerilya selama masa perang kemerdekaan Indonesia. Jenderal Soedirman berjuang melawan kantong-kantong pasukan Belanda dari hutan ke hutan.
Jenderal Soedirman adalah Komandan Ketua TNI di masa revolusi nasional. Beliau lahir di tahun 1916.
Perjuangan dan pengorbanan Jenderal Soedirman sangat berarti bagi kemerdekaan indonesia. Sehingga gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan padanya di tahun 1964. Beliau wafat pada tahun 1950 di Magelang. Usianya baru 34 tahun saat itu.
Jenderal Oerip Soemohardjo
Jenderal Oerip adalah pemimpin Angkatan Darat TNI sekaligus komandan kedua setelah Jenderal Soedirman.
Beliau lahir pada tahun 1893 dan wafat tahun 1948 karena serangan jantung. Karir militernya cemerlang, dan beliau adalah pribumi Indonesia pertama yang mendapat jabatan tinggi di KNIL.
KNIL adalah tentara nasional bentukan pemerintah Hindia Belanda. Saat itu, Indonesia belum memiliki institusi ketentaraan sendiri. Kita punya BKR, tetapi lebih pada institusi kepolisian.
Jenderal Oerip adalah orang yang turut berjasa membentuk TNI. Beliau menjadi Jenderal secara anumerta dan mendapat gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1964.
Prof. Dr. Mr. Soepomo
Mr. Soepomo adalah seorang politikus dan ahli negosiasi. Beliau juga menjadi anggota BPUPKI dan membantu penyusunan konstitusi pertama RI.
Mr. Soepomo lahir di tahun 1903 dan wafat pada tahun 1958. Beliau pun pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman di era Presiden Soekarno.
Atas jasa-jasanya, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional di tahun 1965.
Soelaiman Effendi Koesoemaatmadja
Beliau lahir di Purwakarta, Jawa Barat pada tahun 1898. Raden Soelaiman Effendi adalah keturunan bangsawan dan menempuh pendidikan di Sekolah Kehakiman. Hingga mendapat gelar diploma pada tahun 1913. Lalu gelar doktor diraihnya di tahun 1922.
Perjuangannya dalam periode kemerdekaan dijalankan melalui bidang politik dan hukum. Beliau pernah menjadi hakim dan ketua pengadilan selama masa Hindia Belanda dan penjajahan Jepang.
Beliau membantu persiapan kemerdekaan RI dengan menjadi anggota BPUPKI. Lalu setelah merdeka, beliau menjadi Ketua Mahkamah Agung. Soelaiman Effendi wafat pada tahun 1952.
Perjuangannya di bidang hukum dan politik untuk menegakkan Indonesia Merdeka mendapat anugerah Pahlawan Nasional pada tahun 1965.
Jenderal Ahmad Yani
Jenderal Ahmad Yani adalah pimpinan tertinggi Angkatan Darat saat terjadi pemberontakan G30S PKI. Beliau juga termasuk salah satu jenderal yang diculik dan dibunuh PKI.
Lahir di Purworejo tahun 1922, sang jenderal adalah tentara pemberani yang sarat prestasi. Salah satunya memadamkan pemberontakan PRRI/Permesta.
Beliau juga mendapat beasiswa untuk belajar kemiliteran di AS dan Inggris. Gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan padanya pada tahun 1965.
Letjen R. Soeprapto
Jenderal R. Soeprapto adalah salah satu pimpinan Angkatan Darat yang diculik dan dibunuh PKI saat peristiwa G30S/PKI.
Jenderal ini terkenal santun, pemberani, dan cerdas. Beliau lahir tahun 1920 dan wafat tahun 1965. Atas patriotismenya, di tahun 1965 beliau mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.
Letjen Mas Tirto Harjono
Selain mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun 1965, nama Jenderal M.T. Haryono (ejaan lama ditulis Harjono) juga diabadikan menjadi nama jalan di kota-kota besar Indonesia.
Beliau adalah tentara Angkatan Darat yang pemberani, cerdas mengatur strategi, dan anti komunis. Jenderal M.T. Haryono lahir tahun 1924 dan wafat tahun 1965.
Letjen Siswondo Parman
Letjen S. Parman pernah bersekolah kedokteran, tetapi harus berhenti karena penjajahan Jepang. Beliau juga pernah bergabung dengan Kempetai (tentara bentukan Jepang) dan menjadi mata-mata.
Sang jenderal memiliki kemampuan bahasa Jepang yang bagus sehingga pernah menjadi penerjemah semasa ditempatkan di Yogyakarta.
Karir militer beliau cemerlang dan menjadi staf intelijen di bawah pimpinan Jenderal Ahmad Yani. Pada peristiwa G30S/PKI, beliau adalah salah satu jenderal yang diculik dan dibunuh PKI.
Beliau mendapat gelar Letjen Anumerta, Pahlawan Revolusi dan Pahlawan Nasional atas jasa-jasanya tersebut.
Mayjen Donald Isaac Pandjaitan
Mayjen D.I. Panjaitan adalah jenderal pemberani dan disiplin, sehingga menjadi salah satu pucuk pimpinan TNI Angkatan Darat.
Sang jenderal lahir pada tahun 1925 dan memiliki karir militer yang cemerlang. Beliau juga diculik dan dibunuh oleh PKI di peristiwa pemberontakan 30 September 1965.
Letjen Soetojo Siswomihardjo
Para jenderal Angkatan Darat yang diculik dan dibunuh oleh PKI di tanggal 30 September 1965 mendapat gelar Pahlawan Revolusi dan Pahlawan Nasional. Termasuk Letjen Soetojo Siswomihardjo.
Beliau lahir tahun 1922 dan merupakan jenderal yang tangguh. Patriotismenya pantas menjadi teladan bagi generasi muda.
Kapten Pierre Tendean
Saat terjadi pemberontakan G30S/PKI, Kapten Pierre Tendean adalah ajudan Jenderal Besar A.H. Nasution. Dengan berani Kapten Tendean mengaku sebagai Jenderal Nasution dan akhirnya ditangkap oleh PKI.
Saat dimasukkan ke Lubang Buaya, sang Kapten masih bernyawa. Kekejaman PKI membuatnya gugur di dalam sumur tersebut.
Atas patriotisme dan keberaniannya, Kapten Tendean mendapat anugerah Pahlawan Nasional di tahun 1965.
Aipda Karel Satsuit Tubun
Aipda S. Tubun adalah seorang brigadir polisi yang ikut terbunuh pada saat peristiwa pemberontakan G30S/PKI. Saat itu beliau sedang bertugas.
Aipda S. Tubun lahir pada tahun 1928. Pengorbanannya adalah alasan gelar Pahlawan Nasional yang dianugerahkan pada tahun 1965.
Brigjen Katamso Darmokusumo
Pemberontakan PKI tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di Yogyakarta. Brigjen Katamso adalah salah satu korban kekejian mereka.
Beliau adalah mantan Komandan Korem 072 Pamungkas. Jasad beliau ditemukan di dalam lubang, 21 hari setelah kematiannya.
Brigjen Katamso lahir di Sragen tahun 1923 dan wafat tanggal 1 oktober 1965. Selain gelar Pahlawan Nasional, beliau juga dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi pada tahun 1965.
Kolonel Soegijono Mangunwijoto
Kolonel Soegijono juga adalah korban kekejian pemberontakan PKI di Yogyakarta. Jasad beliau ditemukan di lubang yang sama dengan Brigjen Katamso.
Kolonel Soegijono lahir pada tahun 1926 dan saat diserang pasukan PKI beliau bertugas di Korem Yogyakarta. Beliau wafat pada tanggal 2 Oktober 1965 dan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional serta Pahlawan Revolusi.
Soetan Sjahrir
Soetan Sjahrir adalah politisi dan ahli diplomasi serta cerdas dalam bernegosiasi. Beliau lahir tahun 1909 di Padangpanjang, Sumatera Barat.
Beliau sangat berbakat hingga bisa bersekolah di Belanda. Selama di sana, beliau tetap beraktivitas di organisasi kemahasiswaan untuk mendukung proses kemerdekaan Indonesia.
Perjuangannya mengakibatkan beliau pernah dipenjara di Cipinang, Digul, dan Banda Neira serta Sukabumi.
Sutan Sjahrir juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia pertama. Beliau wafat tahun 1966 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun yang sama.
Laks. R. Edi Martadinata
Laksamana Edi Martadinata adalah pasukan Angkatan Laut RI dan memiliki peran besar dalam pembentukan BKR, cikal bakal TNI saat ini.
Beliau juga ikut membela Indonesia saat terjadi Agresi Militer Belanda II. Beliau lahir di Bandung, 29 Maret 1921. Wafat di tahun 1966 karena kecelakaan helikopter di Riung Gunung, Bogor. Beliau mendapatkan gelar Pahlawan Nasional di tahun 1966.
Raden Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika adalah seorang aktivis perempuan, pendidik, juga pendiri sekolah peremuan pertama di Jawa Barat.
Beliau lahir di tahun 1884 dan berusaha agar martabat perempuan di Jawa Barat tidak lagi direndahkan penjajah Belanda.
Dewi Sartika wafat di tahun 1947 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun 1966.
Prof. Dr. Wihelmus Zakaria Johannes
Profesor Wihelmus adalah seorang tokoh kesehatan, dokter, ahli radiologi di zaman kemerdekaan indonesia. Beliau lahir tahun 1895 di Pulau Rote.
Profesor Wihelmus berjasa dalam pengembangan ilmu kedokteran Indonesia. Beliau adalah ahli radiologi pertama negara kita. Selain menjadi dokter, beliau juga dosen di Fakultas Kedokteran UI.
Pangeran Antasari
Pangeran Antasari adalah raja Kerajaa Banjar, Kalimantan. Beliau adalah pemimpin pasukan di Perang Banjar yang berhasil memukul mundur pasukan Belanda.
Lahir di tahun 1809, Pangeran Antasari tidak kenal lelah melawan Belanda hingga akhir hayatnya. Beliau wafat tahun 1862 dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional tahun 1968.
Sersan Usman Alias Jannatin Bin H. Ali
Sersan Usman adalah salah satu dari anggota KKO atau Korps Komando Marinir Indonesia. Beliau ditugaskan ke Singapura dalam operasi Dwikora untuk melakukan sabotase pada sebuah rumah pembangkit tenaga listrik.
Malangnya, beliau dan salah satu rekannya tertangkap oleh militer Singapura dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1968 dengan tuduhan percobaan pengeboman.
Atas jasa dan pengorbanannya pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan penghargaan Bintang Sakti di tahun 1968.
Kopral Harun Alias Thohir Bin Said
Kopral Harun juga menjalani tugas operasi yang sama dengan Sersan Usman. Beliau juga menjalani eksekusi hukuman mati di Singapura.
Kopral Harun lahir di tahun 1943 di Gresik. Atas jasa dan kesetiaannya pada NKRI, beliau dianugerahi pahlawan Nasional dan tanda jasa Bintang Sakti pada tahun 1968.
Jenderal Basoeki Rahmad
Jenderal Basuki Rahmat lahir pada tahun 1921. Selain seorang tentara yang ikut dalam periode mempertahankan kemerdekaan, beliau juga adalah saksi peristiwa Supersemar.
Jenderal Basuki Rahmat wafat di tahun 1969 dan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional di tahun yang sama,
Arie Frederik Lasut
Selain seorang ahli geologi, Arie Frederik Lasut adalah pejuang kemerdekaan Indonesia. Beliau turut melawan penjajahan Belanda.
Selain itu, beliau juga berjasa besar dalam melaksanakan proyek pertambangan di awal-awal kemerdekaan indonesia. Arie Lasut lahir di tahun 1919 dan wafat tahun 1949.
Beliau adalah Kepala Pertambagan Indonesia yang pertama. Keahliannya diincar Belanda, tetapi beliau tidak mau bekerja sama dengan penjajah. Sehingga Belanda menembak mati Arie Lasut tahun 1949.
Martha Christina Tiahahu
Maluku adalah salah satu daerah Indonesia Timur yang menjadi sasaran utama penjajah. Mulai dari Portugis hingga Belanda.
Tanah Maluku yang kaya tentu tidak akan diserahkan begitu saja oleh rakyatnya. Martha Christina Tiahahu pun tampil memimpin gerilyawan melawan Belanda.
Martha Christina lahir tahun 1800 dan gugur di dalam tahanan Belanda tahun 1818. Usianya masih 18 tahun saat itu.
Gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan padanya pada tahun 1969 karena keberanian dan pengorbanannya untuk rakyat Maluku.
Maria Walanda Maramis
Maria Walanda Maramis lahir di Minahasa, tanggal 1 Desember 1872. Beliau adalah pengajar, pejuang hak asasi perempuan terutama di bidang politik dan pendidikan.
Pemerintah Hindia Belanda sering kewalahan menghadapi Maria Maramis karena beliau memperjuangkan hak-hak perempuan pribumi. Salah satunya hak bergaul, memilih pemimpin, dan memperoleh pendidikan formal.
Beliau meninggal tahun 1924 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1969.
Supeno
Soepeno adalah Menteri Pembangunan dan Pemuda serta pejuang gerakan revolusi nasional.
Beliau lahir tanggal 12 Juni 1916 dan gugur pada tahun 1949. Saat itu terjadi perlawanan terhadap Belanda saat mereka ingin menjajah kembali Indonesia.
Soepeno mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun 1970 atas perjuangannya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sultan Ageng Tirtajasa
Nama Sultan Ageng Tirtayasa tentu pernah kamu dengar. Beliau adalah raja Kesultanan Banten yang gigih melawan Belanda.
Saat itu Belanda ingin menguasai Banten karena pelabuhannya sangat strategis bagi perdagangan rempah-rempah.
Sultan Ageng yang lahir pada tahun 1631 adalah sultan ke-6 Kerajaan Banten. Beliau wafat pada tahun 1683 dan mendapat gelar pahlawan Nasional di tahun 1970.
Wage Rudolf Supratman
W.R. Supratman adalah pencipta lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya. Lagu ini pertama kali beliau kumandangkan pada Kongres Pemuda tahun 1928.
W.R. Supratman lahir di tahun 1903 dan piawai memainkan alat musik biola. Selain Indonesia Raya, beliau juga menciptakan banyak lagu-lagu perjuangan. Beliau wafat tahun 1938 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun 1970.
Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan
Nyai Siti Walidah adalah istri dari K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Sebagai istri ulama sekaligus pejuang, Nyai Siti Walidah melakukan apa saja untuk mendukung perjuangan suaminya.
Beliau juga ambil bagian untuk memajukan perempuan pribumi dan mengajarkan keislaman serta akhlak pada mereka. Melalui perjuangannya, perempuan indonesia lebih terpelajar dan dapat berkontribusi pada perjuangan kemerdekaan.
Nyai Siti Walidah lahir wafat pada tahun 1946. Salah satu jasanya adalah mendirikan Aisyiyah, unit khusus perempuan Muhammadiyah.
K.H. Zainal Mustafa
K.H. Zainal Mustafa bukan hanya memimpin umat Islam dari atas mimbar saja. Namun beliau juga turun langsung melakukan perlawanan terhadap Jepang.
Lahir di tahun 1907, beliau adalah dai, pendidik, pemuka agama, serta pemimpin perjuangan rakyat. Beliau wafat tahun 1944 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun 1972 karena jasa-jasanya.
Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin adalah pemimpin Kerajaan Gowa Makassar yang sangat ditakuti Belanda. Pasukan angkatan lautnya adalah ancaman Belanda di Indonesia bagian tengah.
Sultan Hasanuddin lahir pada tahun 1631 dan menjadi sultan Gowa karena kecerdasannya. Di bawah pimpinannya, kapal dagang Belanda tidak pernah bisa menjarah kekayaan alam Sulawesi.
Sang Sultan dipaksa menyerah setelah Belanda dibantu Kerajaan Bone, lalu harus menandatangani Perjanjian Bongaya. Namun beliau terus berjuang hingga akhir hayatnya di tahun 1670.
Gelar Pahlawan Nasional pun disematkan padanya atas keberanian dan perjuangannya mempertahankan Sulawesi khususnya kerajaan Gowa.
Kapitan Pattimura
Selain Martha Christina Tiahahu, tanah Maluku juga memiliki pahlawan gagah berani bernama Kapitan Pattimura.
Beliau lahir tahun 1783 dan wafat pada tahun 1817. Selama hidupnya, Pattimura melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda.
Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta, 11 November 1785. Beliau melakukan perlawanan kepada Belanda yang berusaha mencampuri urusan Keraton Yogyakarta.
Selain itu, Belanda juga memengaruhi anggota kerajaan agar meninggalkan ajaran agama Islam dan budaya luhur Indonesia. Memungut pajak tinggi terhadap rakyat dan mewajibkan pemuda ikut kerja paksa.
Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan sengit selama lima tahun, yaitu tahun 1825-1830. Namun akhirnya dikalahkan dengan strategi Benteng Stetsel pada tahun 1830.
Beliau dibuang ke Makassar hingga meninggal pada tahun 1855. Gelar Pahlawan Nasional pun disematkan padanya atas kegigihan dan keberaniannya.
Tuanku Imam Bondjol
Perang Paderi yang dipimpin Tuanku Imam Bondjol di Sumatera Barat berlangsung hampir bersamaan dengan perang Diponegoro.
Perang ini sangat alot, membuat Belanda kelimpungan dan terpaksa mendatangkan bantuan dari Eropa dan Afrika. Perang Paderi berlangsung hingga tahun 1837. Tuanku imam Bondjol ditangkap pada tanggal 25 Oktober dan dibuang ke Bukittinggi, lalu ke Cianjur, dan terakhir ke Manado.
Beliau wafat pada tanggal 6 November 1864 dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1973.
Tengku Tjik Di Tiro
Nama lengkapnya adalah Tengku Tjik Di Tiro Muhammad Saman. Beliau adalah ulama sekaligus pemimpin perjuangan rakyat Pedir melawan Belanda.
Beliau lahir di Kabupaten Pidie, Aceh, tanggal 1 Januari 1836. Perlawanannya terhadap Belanda berlangsung hingga akhir hayat beliau di tanggal 21 Januari 1891.
Tengku Tjik di Tiro dinobatkan menjadi salah satu Pahlawan Nasional pada tahun 1973.
Teuku Oemar
Teruku Oemar adalah suami Tjoet Njak Dien sekaligus panglima perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda. Teuku Oemar juga dikenal sebagai ulama dan pemimpin agama.
Lahir di tahun 1854, beliau menikah dengan Tjoet Njak Dien pada tahun 1890 dan bersama-sama memimpin perjuangan rakyat Aceh.
Teuku Oemar gugur pada pertempuran di Meulaboh, tanggal 11 Februari 1899. Gelar Pahlawan Nasional diberikan padanya di tahun 1973.
Dr. Wahidin Soedirohoesodo
Bersama dr. Soetomo, dr. Wahidin menjadi pimpinan organisasi Boedi Oetomo. Beliau lahir di Yogyakarta tahun 1852.
Dokter Wahidin berusaha agar anak-anak pribumi dapat mengenyam pendidikan tinggi. Jika berpendidikan, para pemuda dapat melawan penjajah dalam bidang intelektual.
Mimpinya itu diwujudkan dalam bentuk pemberian beasiswa bagi para pemuda berprestasi. Sang dokter membiayai sendiri beasiswa tersebut.
Dokter Wahidin meninggal dunia pada tahun 1917. Kiprahnya di Boedi Oetomo serta perjuangannya melawan Belanda mendapat ganjaran gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah Indonesia.
Raden Oto Iskandar Dinata
Raden Oto adalah pejuang dengan latar belakang guru. Beliau mengajar di Pekalongan dan Banjarnegara. Beliau juga aktif di Boedi Oetomo.
Selain mengajar, beliau juga aktif di politik dan pidato serta tulisannya di media massa banyak mengkritik kebijakan Belanda. Di zaman Jepang beliau juga sempat menjadi wartawan.
Raden Oto adalah orang yang pertama kali mencetuskan pekik ‘merdeka’ di awal masa revolusi kemerdekaan. Pekikan tersebut beliau teriakkan di depan Gedung Mahkamah Agung.
Sejak saat itu, pekik merdeka menjadi simbol perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau wafat pada tanggal 20 Desember 1945. Gelar Pahlawan Nasional diberikan padanya atas perjuangannya di masa revolusi kemerdekaan.
Robert Wolter Mongonsidi
Beliau lahir pada tanggal 11 Februari 1925. Robert adalah tentara pemberani yang melawan pendudukan NICA di Makassar. Keberanian dan pengorbanan inilah yang menjadikannya dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Beliau dan teman-temannya membentuk LAPRIS atau Laskar Pemberontakan Rakyat Indonesia Sulawesi dan memimpin pemberontakan terhadap NICA. Beliau sempat tertangkap Belanda di bulan Februari 1947 tetapi bisa kabur.
Belanda lalu menangkapnya lagi di bulan Oktober 1947 dan kali ini menjatuhinya hukuman mati. Robert Wolter dieksekusi pada 5 September 1949 dan dimakamkan di TMP Panaikang Makassar.
Prof. Mr. Mohammad Yamin
Profesor Mohammad Yamin menentang Belanda melalui pidato-pidato politiknya yang berani, tulisannya di media massa, bahkan puisi-puisinya.
Ya, beliau adalah politikus sekaligus sastrawan dan sejarawan. Beliau lahir di Sawahlunto tahun 1903 dan bersekolah di Sekolah Kehakiman Jakarta.
Beliau ikut dalam Kongres Pemuda II dan menjadi anggota PPKI. Termasuk ikut dalam delegasi Konferensi Meja Bundar tahun 1949.
Beliau wafat saat menjadi Menteri Penerangan di tahun 1962. Gelar Pahlawan Nasional disematkan pada beliau di tahun 1973.
Laksda Joseph Soedarso
Kamu mungkin lebih mengenal beliau dengan nama Yos Sudarso. Beliau lahir di tahun 1925 dan wafat tahun 1962.
Saat itu Yos Sudarso sedang berada di atas KRI Macan Tutul untuk melaksanakan patroli di Laut Aru. Beliau gugur setelah kapalnya ditembaki HS Ms. Evesten milik Belanda.
Pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1973 untuk pengorbanannya.
Prof. Dr. R. Soeharso
Profesor Soeharso adalah seorang dokter dan ahli pengobatan protestis, ahli bedah, dan pahlawan pergerakan nasional. Beliau lahir tahun 1912 dan wafat tahun 1971.
Jasa-jasanya adalah membangun pusat rehabilitasi untuk penderita disabilitas dan rumah sakit ortopedi. Atas jasanya ini, gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan padanya di tahun 1973.
Marsda Prof. Dr. Abdurrachman Saleh
Profesor Abdurrachman Saleh lahir dari keluarga dokter. Selain menjadi ahli fisiologi kedokteran, beliau juga seorang penerbang, prajurit, dan tokoh Radio Republik Indonesia. Beliau lah yang menyiapkan siaran radio untuk menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan RI.
Tahun 1947, Abdurrachman Saleh ditugaskan ke India bersama Adisucipto untuk mengambil perlengkapan medis yang disumbangkan oleh Palang Merah Internasional.
Di perjalanan pesawat mereka ditembak Belanda dan kedua penerbang tersebut gugur sebagai pahlawan.
Marsda Mas Agustinus Adisoetjipto
Agustinus Adisucipto lahir tahun 1916 dan merupakan prajurit Angkatan Udara RI. Beliau gugur saat melaksanakan tugas bersama Abdurrachman Saleh.
Saat itu tahun 1947, Adisucipto gugur saat pesawatnya ditembak Belanda. Beliau sedang membawa perlengkapan medis dari India ke daerah yang membutuhkan.
Teuku Njak Arief
Teuku Njak Arief adalah gubernur Aceh yang pertama. Beliau bertugas selama satu tahun, yaitu 1945-1946. Sebelumnya, beliau juga adalah wakil rakyat Aceh di Volksraad.
Beliau lahir di Ulee Lheue, 17 Juli 1899 dan wafat di Takengon tanggal 4 Mei 1946. Gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan padanya di tahun 1974.
Nji Ageng Serang
Nama lengkap Nyi Ageng Serang adalah Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edhi. Beliau adalah pejuang wanita yang membantu Pangeran Diponegoro saat melawan Belanda.
Nyi Ageng Serang menjadi pemimpin pasukan tandu sekaligus penasihat perang sang pangeran. Beliau saat itu berusia 73 tahun. Nyi Ageng Serang juga adalah nenek dari Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara.
Nyi Ageng Serang wafat tahun 1838 di Yogyakarta dan mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun 1974.
Hj. Rangkayo Rasuna Said
Di Jakarta, ada sebuah jalan utama bernama HR Rasuna Said, yang diambil dari nama salah satu tokoh pahlawan nasional.
Hj. Rangkayo Rasuna Said lahir di tahun 1910, dan merupakan pejuang hak asasi perempuan. Beliau menjalankan perjuangannya melalui tulisan-tulisannya di media massa.
Beliau juga adalah aktivis sosial dan pendidik. Hj. Rangkayo Rasuna Said wafat pada tahun 1965.
Marsda Abdul Halim Perdana Kusuma
Kamu pernah naik pesawat dari Bandara Halim Perdana Kusuma? Tahukah kamu bahwa nama bandara tersebut diabadikan untuk mengenang jasa seorang prajurit TNI Angkatan Udara?
Beliau lahir di tahun 1922 dan gugur dalam tugas di tahun 1947 dalam sebuah peristiwa revolusi. Gelar Pahlawan Nasional beliau dapatkan di tahun 1975.
Marsma Iswahjudi
Marsma Iswahjudi juga merupakan seorang tokoh awal dan prajurit TNI angkatan udara. Beliau lahir di tahun 1918.
Marsma Iswahjudi gugur dalam tugas saat terjadinya revolusi nasional. Atas jasanya, pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional di tahun 1975.
Brigjend I Gusti Ngurah Rai
Selain mendapatkan gelar Pahlawan Nasional, nama I Gusti Ngurah Rai juga dijadikan nama bandara di Denpasar, Bali.
Ngurah Rai adalah Pemimpin militer Bali yang lahir pada tahun 1917. Beliau gugur dalam pertempuran di masa revolusi nasional pada tahun 1946. Gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan padanya di tahun 1975.
Soeprijadi
Soeprijadi adalah tokoh utama pemberontakan PETA di Blitar. Beliau lahir tahun 1925 dan masuk PETA karena ingin menjadi tentara yang membela Indonesia.
Namun Jepang justru menggunakan PETA sebagai antek-anteknya untuk melawan tentara nsional. Maka Soeprijadi dan teman-temannya melakukan pemberontakan.
Hingga kini tidak diketahui dimaa jasad Soeprijadi berada. Beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional tahun 1975.
Sultan Agung Anyokrokusumo
Sultan Agung adalah raja Kerajaan Mataram yang melakukan perlawanan terhadap VOC.
Beliau lahir tahun 1591 dan gugur pada tahun 1645. Gelar Pahlawan Nasional disematkan padanya di tahun 1975.
Untung Suropati
Untung Suropati adalah pemimpin pemberontakan VOC di wilayah... Beliau lahir sekitar tahun 1660 dan gugur di tahun 1706. Gelar pahlawan nasional dianugerahkan di tahun 1975 atas keberaniannya.
Tengku Amir Hamzah
Beliau memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indera Putra, tetapi lebih terkenal dengan nama pena Amir Hamzah.
Lahir di Tanjung Pura, 28 Februari 1911, Amir Hamzah adalah sastrawan angkatan Pujangga Baru. Beliau menciptakan puluhan puisi bernapaskan perjuangan kemerdekaan.
Amir Hamzah mendapatkan anugerah Pahlawan Nasional atas jasanya di bidang kesusasteraan. Beliau wafat di tahun 1949 dan dimakamkan di Langkat.
Sultan Thoha Sjaifuddin
Sultan Thoha Sjaifuddin adalah raja terakhir Kerajaan Jambi. Beliau terkenal cerdas, pandai bergaul, rendah hati, dan tangkas sebagai pemimpin.
Beliau juga adalah diplomat ulung, ahli strategi dan politik, serta kuat beragama. Lahir di Jambi pada tahun 1816, beliau berkuasa hingga tahun 1855.
Sepanjang hidupnya hingga wafat di tahun 1904, beliau melakukan perlawanan terhadap Belanda. Namun penjajah tidak pernah bisa menangkapnya.
Sultan Mahmud Badaruddin
Sultan Palembang ini lahir di tahun 1767. Selama masa jabatannya, beliau melawan penjajahan Belanda dan Inggris.
Perang yang beliau pimpin salah satunya adalah Perang Menteng di tahun 1819. Sultan Mahmud tidak ingin tanah Sumatera Selatan dijajah bangsa asing.
Perlawanannya mengakibatkan Belanda kelimpungan, tetapi akhirnya bisa menangkap dan mengasingkan beliau ke Ternate di tahun 1821. Beliau wafat di Ternate setahun kemudian.
Dr. Ir. H. Soekarno
Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Ir. Soekarno atau Bung Karno. Beliau adalah presiden pertama kita. Beliau juga adalah politikus andal, orator ulung, negosiator dan visioner yang disegani bangsa-bangsa lain di dunia.
Ir. Soekarno lahir tahun 1901 di Blitar. Beliau menjadi presiden selama 21 tahun dan menghadapi banyak gejolak di awal kemerdekaan Indonesia. Beliau juga adalah bapak proklamasi dan pemersatu Indonesia.
Dr. Muhammad Hatta
Dr. Muhammad Hatta atau Bung Hatta adalah wakil presiden pertama Indonesia. Beliau juga adalah ahli ekonomi dan Bapak Koperasi Indonesia. Pembawaannya tenang, dan kecerdasannya mampu mengimbangi semangat Bung Karno.
Bung Hatta lahir di Bukittinggi tahun 1902. Beliau berasal dari keluarga ulama dan pendidik. Bung Hatta juga dikenal disiplin dan sangat serius mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Beliau wafat pada tahun 1980 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, karena beliau ingin selalu dekat dengan rakyat Indonesia.
Raden Pandji Soeroso
Raden Pandji Soeroso adalah bangsawan yang juga seorang politikus dan pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Beliau lahir di Porong pada tanggal 3 November 1893. Semasa hidupnya beliau berjuang melalui jalur politik dan hukum. Raden Pandji pernah menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.
Setelah Indonesia Merdeka beliau juga menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah lalu Menteri Pekerjaan Umum. Raden Pandji meninggal dunia tanggal 16 Mei 1981.
Radin Inten II
Radin Inten II lahir tahun 1834 di Lampung. Beliau adalah pemimpin daerah Merambung dan merupakan pejuang Lampung yang cukup merepotkan Belanda.
Radin Inten II melakukan perlawanan dengan menggunakan taktik perang gerilya dan pertahanan berlapis. Karena tidak kunjung bisa mengalahkannya, Belanda menurunkan pasukan khusus dari Batavia di tahun 1851.
Selain itu Belanda juga mengadu domba Radin Inten dengan Radin Ngerapat, salah satu kerabatnya. Radin Inten tewas akibat pengkhianatan Radin Ngerapat di tahun 1858, dalam usia 22 tahun.
KCPAA Mangkunegara I
Pusat perjuangan Raja Mangkunegara I adalah di Jawa Tengah. Sultan Jawa ini lahir tahun 1725 dan wafat di tahun 1795.
Beliau melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda dan para pengikutnya. Termasuk para petinggi kerajaan yang memihak Belanda.
Patriotisme dan perjuangan Raja Mangkunegara I mendapat anugerah Pahlawan Nasional pada tahun 1988.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Sultan Hamengkubuwono IX adalah raja sekaligus politisi, aktivis kemerdekaan, dan pimpinan militer. Beliau juga yang menyediakan Yogyakarta sebagai ibukota sementara RI selama masa-masa awal kemerdekaan.
Sang sultan lahir di tahun 1912 dan wafat tahun 1988 serta mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun 1990.
Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda adalah raja Aceh dari Kerajaan Samudera Pasai. Beliau sangat menentang VOC karena perdagangan mereka sangat merugikan Aceh serta daerah lain di pesisir Sumatera.
Sultan Iskandar Muda lahir pada tahun 1539. Beliau memimpin sendiri pertempuran melawan VOC. Dengan kemampuan diplomasinya beliau juga memperluas pengaruh negaranya ke daerah lain.
VOC sempat terpukul mundur tetapi kembali menyerang dengan kekuatan lebih besar setelah memanggil bantuan dari Eropa.
Sang Sultan berjuang hingga akhir hayatnya di tahun 1636 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1993.
I Gusti Ketut Djelantik
Tidak ada catatan pasti kapan I Gusti Ketut Djelantik lahir. Namun pemimpin Bali yang pemberani ini gugur pada tahun 1849.
Ketut Djelantik adalah pemimpin Bali yang konsisten melawan pendudukan Belanda di Pulau Dewata. Beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1993.
Frans Kaisiepo
Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Biak, tanggal 10 Oktober 1921. Semasa hidupnya, beliau adalah pejuang kemerdekaan dan politikus.
Frans Kaisiepo turut andil dalam Konferensi Malino di tahun 1946 sebagai wakil dari Papua. Nama Irian Jaya adalah usul darinya. Dalam bahasa Biak, Irian berarti beruap.
Beliau menentang saat Belanda ingin memasukkan Papuan ke dalam Negara Indonesia Timur. Beliau juga pernah menjadi Gubernur Provinsi Papua (dulu Irian Jaya).
Frans Kaisiepo wafat pada tanggal 10 April 1979. Atas jasanya membangun Papua dan menyatukan Papua dengan Indonesia, Frans Kaisiepo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional di tahun 1993.
Silas Papare
Silas Papare lahir di Serui, tahun 1918. Beliau adalah mantan intel yang tadinya bekerja untuk Belanda. Namun saat Belanda berusaha menguasai tanah Papua, Silas Papare tidak rela.
Beliau melakukan perlawanan dan menentang usaha Belanda. Silas Papare ingin Papua (saat itu Irian) bergabung dengan Indonesia. Karena perlawanannya, Silas menjadi sasaran penangkapan Belanda.
Tahun 1949 beliau melarikan diri ke Yogyakarta dan mendirikan Badan Perjuangan Irian. Beliau juga gigih menyatukan Irian ke Indonesia dan berjuang agar pemimpin Irian berasal dari rakyatnya sendiri.
Beliau wafat tanggal 7 Maret 1978 di Serui dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1993.
Marthen Indey
Marthen Indey pernah berdinas sebagai polisi di zaman Hindia Belanda. Beliau kemudian bergabung dengan TNI di masa revolusi kemerdekaan.
Lahir di tahun 1912, Marthen Indey mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun 1993. Sebagai prajurit, beliau menentang keinginan Belanda menguasai Irian. Beliau juga gigih berusaha menyatukan Irian ke Indonesia.
Marthen Indey juga berjasa menyelamatkan prajurit RPKAD yang ditawan saat operasi Trikora di Irian. Beliau juga pernah dikirim ke New York sebagai perwakilan Indonesia serta menjadi anggota MPRS mewakili Irian di tahun 1963-1968.
Sultan Nuku Muhammad Amiruddin
Sultan Nuku dari Tidore adalah salah satu pemimpin yang ditakuti Belanda di Indonesia timur. Beliau bahkan tidak pernah kalah oleh Belanda.
Sultan Nuku melawan Belanda selama 25 tahun. Beliau memiliki berbagai taktik perang yang membuat Belanda tidak berhasil menguasai Tidore. Bahkan beliau pun membantu perjuangan rakyat Ternate.
Sultan Nuku membangun armada Kora-kora di sekitar Pulau Seram dan Irian Jaya. Beliau menjadikan Seram Timur basis pertahanannya dengan membangun benteng di pesisir, memasang meriam, dan menyebar ranjau.
Sang sultan juga langsung memimpin pertempuran laut dengan Belanda. Hingga akhir usianya di tahun 1825, Tidore tidak bis dikuasai oleh penjajah.
Tuanku Tambusai
Tuanku Tambusai lahir di Rokan Hulu, Riau, tanggal 5 November 1784. Beliau bernama asli Muhammad Saleh Sultan Zainal Abidin SyekhAl Wasil Syamsudin. Belanda memberi julukan ‘Harimau Paderi dari Rokan’ karena keberanian beliau.
Perjuangan Tuanku Tambusai berpusat di Dalu-dalu, Rokan Hulu. Lalu beliau memperluas daerah perjuangannya ke Mandailing Natal, yang kini masuk ke wilayah Sumatera Utara.
Tuanku Tambusai adalah seorang paderi, dan berdarah Minangkabau. Beliau juga sempat membantu perjuangan Tuanku Imam Bondjol.
Di Rokan Hulu, beliau melawan Belanda selama 15 tahun. Penjajah sampai harus menambah pasukan dari Batavia dan meminta bantuan dari pasukan Raja Gedombang dan Tumenggung Kartoredjo untuk menghadapinya.
Perlawanan Tuanku Tambusai mencapai akhir pada tanggal 28 Desember 1838. Benteng Dalu-dalu direbut Belanda, tetapi beliau berhasil lolos dan mengungsi ke Negeri Sembilan yang sekarang berada di wilayah Malaysia.
Beliau menetap di sana hingga meninggal di tanggal 12 November 1882. Gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan pada beliau pada tahun 1995.
Syekh Yusuf Tajul Khalwati
Syekh Yusuf lahir di Makassar tahun 1626. Beliau adalah ulama, pemuka agama, dan pejuang yang melawan Belanda di abad ketujuh belas.
Beliau memiliki kharisma kuat dan keteguhan hati dalam berjuang. Bahkan pemimpin besar Afrika Selatan, Nelson Mandela pun kagum padanya.
Karena keteguhan beliau melawan Belanda, pemerintahan Hindia Belanda menangkap dan mengasingkannya ke Srilanka. Lalu ke Afrika Selatan, dimana beliau dikenal dengan nama Syekh Yusuf al Makassari.
Di Afrika Selatan, beliau menyebarkan kebaikan Islam dan mendukung persamaan hak asasi manusia. Hal yang juga diperjuangkan Nelson Mandela dua abad kemudian.
Atas jasanya melawan Belanda dan turut membawa nama baik Indonesia di luar negeri, beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional di tahun 1995.
Hj Fatimah Hartinah Soeharto
Hj. Fatimah Hartinah Soeharto lebih dikenal dengan nama Ibu Tien Soeharto. Beliau adalah istri presiden kedua RI, Jenderal Soeharto.
Beliau adalah canggah Mangkunegara III, raja Keraton Solo. Ibu Tien lahir di tahun 1923 dan wafat tahun 1996.
Selama hidupnya, beliau adalah pejuang wanita di era Perang Revolusi. Ibu Tien aktif di Palang Merah Indonesia, Laskar Putri Indonesia, dan Barisan Pemuda Putri.
Setelah menikah dengan Soeharto, beliau mengurangi kegiatannya di barisan perang. Lalu saat Soeharto diangkat menjadi Presiden RI, beliau mengalihkan kegiatannya di bidang sosial.
Salah satu inisiasinya adalah Taman Mini Indonesia Indah dan Taman Buah Mekarsari yang hingga kini bisa dinikmati masyarakat.
Ibu Tien dianugerahi Bintang Gerilya tahun di 1987 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun 1996.
Raja Haji Fisabilillah
Raja Haji Fisabilillah lahir di Riau tahun 1727 dan gugur dalam pertempuran melawan Belanda di Teluk Ketapang, Malaysia tahun 1784.
Beliau adalah salah satu raja kerajaan Melayu Riau. Gelarnya semasa hidup adalah Raja Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga-Johor-Pahang IV. Saat itu kekuasaan Kerajaan Melayu memang mencakup sebagian Sumatera dan Malaysia.
Raja Haji adalah pemimpin yang tegas, taat beragama, serta peka terhadap kebutuhan rakyatnya. Itu sebabnya beliau sangat tidak menyukai tindakan Belanda yang ingin menguasai Kerajaan Melayu.
Saat itu Melayu termasuk kerajaan besar karena pelabuhannya yang ramai di Selat Malaka dan Kepulauan Riau. Raja Haji Fisabilillah gugur saat memimpin penyerangan terhadap markas maritim Belanda.
Beliau dimakamkan di Pulau Penyengat dan namanya diabadikan menjadi nama bandara di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
H. Adam Malik
Kecakapannya di bidang literasi membuat Adam Malik berjuang melalui dunia jurnalistik. Artikel dan tulisan-tulisannya menyerang Belanda dan membuat penjajah tersebut kelimpungan.
Adam Malik juga adalah aktivis kemerdekaan yang gigih hingga diangkat menjadi Wakil Presiden Indonesia yang ketiga.
Beliau lahir tahun 1917, dan wafat tahun 1984. Tokoh Muhammadiyah ini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional tahun 1998.
Marsma Tjilik Riwut
Marsma Tjilik Riwut adalah penerbang, penerjun payung Angkatan Udara, penulis, wartawan, petualang dan pecinta alam, serta politikus dan pejuang kemerdekaan RI.
Beliau lahir di Kalimantan Tengah, 2 Februari 1918 dan merupakan salah satu putera Dayak asli yang menjadi anggota KNIP.
Beliau pernah memimpin Operasi Penerjunan Pasukan Payung TNI, juga berhasil menyatukan Kalimantan ke dalam wilayah Indonesia. Lalu tahun 1951 beliau menjadi Bupati Kotawaringin Timur.
Beliau wafat tanggal 17 Agustus 1987 dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional tanggal 6 November 1988.
La Maddukelleng
La Madukkelleng adalah seorang petualang, pemimpin perang melawan penjajah, ahli strategi, serta pemimpin suku Wajo. Beliau lahir tanggal 1 Januari 1700 di Bellawa.
Sebelumnya, Wajo adalah sekutu Kerajaan Gowa dalam melawan Belanda. Setelah Gowa kalah, suku Wajo sempat terpuruk dan tercerai berai ke berbagai wilayah Nusantara. Namun mereka kembali bangkit di abad ke 18.
Sebagai petualang Wajo, hampir sepanjang hidupnya beliau mengarungi lautan. Beliau sangat membenci Belanda dan dengan kekuasaannya di beberapa pulau kecil, sering mengganggu kapal Belanda.
Penjajah menyebutnya Raja Bajak Laut karena kapal dagang mereka yang melintasi Selat Makassar sering direcoki La Madukelleng.
Pemerintah menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1998 karena jasanya melawan Belanda.
Sultan Sjarif Qasim II
Jika kamu bertandang ke Pekanbaru dengan pesawat, kamu akan mendarat di Bandara Sultan Syarif Qasim II. Nama bandara tersebut diambil dari nama pahlawan nasional sekaligus raja Kerajaan Siak Sri Inderapura, Riau.
Sultan Syarif (ejaan lama ditulis Sjarif) Qasim II adalah pemimpin Melayu yang berjuang melawan Belanda dengan cara menyatukan kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur. Beliau juga melawan penjajahan Jepang dan berperan besar dalam mempertahankan kemerdekaan.
Sang sultan juga adalah ulama, politikus, penyair, dan ahli sejarah. Beliau lahir tahun 1893 dan wafat tahun 1968. Serta digelari Pahlawan Nasional tahun 1998.
H. Ilyas Yacoub
H. Ilyas Yacoub dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional tahun 1999 dan menerima Bintang Mahaputera.
Beliau adalah ulama, ahli pendidikan, politikus, ahli hukum, wartawan, dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Kerasnya beliau melawan Belanda mengakibatkan penjajah gerah dan membuangnya ke beberapa tempat.
Beliau pernah diasingkan ke Brunei Darussalam, Malaysia, Kupang, Timor, dan Digul. Beliau lahir di Asam Kumbang, tahun 1903 dan wajat di Pesisir Sumatera Barat tahun 1955.
Prof. Dr. Hazairin, S.H
Prof. Hazairin adalah politikus, ahli hukum, pejuang kemerdekaan Indonesia, dosen, dan mantan Menteri Dalam Negeri.
Beliau lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, tahun 1906. Sebelum menjadi menteri, beliau juga pernah menjabat sebagai Bupati Tapanuli Selatan dan Residen Bengkulu.
Beliau juga turut mendirikan beberapa universitas di Bengkulu dan Jakarta, serta menjadi penyokong utama gerakan gerilya TKR dan rakyat Bengkulu di zaman revolusi kemerdekaan.
Abdoel Kadir
Mayjen Raden Haji Abdoel Kadir adalah tentara, anggota BPUPKI dan PPKI, serta ahli politik dan hukum. Beliau lahir tanggal 6 Juni 1906 di Binjai, Sumatera Utara.
Beliau adalah lulusan OSVIA atau sekolah persiapan pegawai negeri dan sempat menjadi mantri di Kabupaten Jatinegara. Juga Asisten Wedana di Jawa Barat.
Perjuangannya dijalankan melalui partai politik dan media massa. Beliau juga berjuang secara fisik di TNI Angkatan Darat.
Hj. Fatmawati Soekarno
Hj. Fatmawati adalah istri presiden pertama RI, Bung Karno. Beliau adalah orang yang menjahit bendera merah putih yang dikibarkan saat proklamasi kemerdekaan RI.
Sebagai pendamping Bung Karno, Ibu Fat adalah penyumbang ide perjuangan bagi suaminya. Beliau juga siaga menyediakan ransum dan obat-obatan bagi para pejuang yang membutuhkan.
Kini rumahnya di Bengkulu dijadikan museum, dan atas perjuangannya mendampingi Bung Karno beliau mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun 2000.
Ranggong Daeng Romo
Ranggong Daeng Romo lahir di Polongbakengkeng, Sulawesi Selatan, tahun 1915. Beliau adalah pemimpin perang gerilya melawan Belanda di Makassar dan sekitarnya.
Beliau sempat bersekolah di HIS milik Belanda, lalu ke Taman Siswa. Perjuangannya dimulai sejak masuk ke Gerakan Muda Bajeng. Di masa Jepang, beliau sempat menjadi pimpinan Seinendan.
Saat LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi) berdiri, Ranggong pun bergabung dan menjadi panglima perangnya.
Pertempuran pertamanya bersama LAPRIS melawan Belanda terjaid tanggal 21 Februari 1946. Beliau gugur pada hari keenam pertempuran dan dimakamkan di Bangkala.
Brigjend H. Hasan Basry
Hasan Basry lahir tahun 1927 di Kabupaten Merbau. Beliau adalah tentara pemberani, ahli strategi, serta salah satu pembentuk BKR yang kini menjadi TNI.
Beliau pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Militer Wilayah Riau dan membentuk BKR di daerah Selatpanjang. Menurutnya, Selatpanjang sangat rawan direbut kembali oleh Belanda karena letaknya di garis pantai Riau.
Brigjend Hasan Basry ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1959. Namanya juga diabadikan sebagai nama jalan di Kota Pekanbaru, ibukota Riau.
Jenderal Besar Abdul Haris Nasution
Abdul Haris Nasution juga akrab dipanggal Pak Nas. Lahir di tahun 1918, beliau adalah salah satu jenderal yang disergap oleh PKI di tahun 1965, tetapi berhasil lolos.
A.H. Nasution adalah jenderal Angkatan Darat dan pernah menjabat Kepala Staf Angkatan Darat sebanyak dua kali. Beliau wafat tahun 2000 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun 2002.
Jenderal GPH Jatikoesoemo
Jenderal Gusti Pangeran Haryo Jatikoesoemo adalah anak ke-23 Raja Keraton Yogyakarta, Pakubuwono X. Beliau lahir tanggal 1 Juli 1917.
Beliau adalah pimpinan pasukan dan komandan Divisi IV pada Palagan Ambarawa. Misi utamanya melacak dan mengepung pasukan penjajah. Beliau juga ahli strategi perang dan pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Singapura.
GPH Jatikoesoemo wafat tanggal 4 Juli 1992 dan dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Yogyakarta, Imogiri, Bantul.
Andi Djemma
Andi Djemma adalah bangsawan Kerajaan Luwu. Beliau juga tentara pemberani yang berjuang melawan penjajah di Sulawesi Selatan.
Gelar Pahlawan Nasional disematkan padanya pada tahun 2002. Andi Djemma lahir di Palopo tanggal 15 Januari 1901. Beliau wafat di Makassar tanggal 23 Februari 1965.
Perjuangannya yang terkenal adalah saat memimpin Gerakan Soekarno Muda dan Perlawanan Semesta Rakyat Luwu di tanggal 23 Januari 1946.
Pong Tiku Alias Ne’ Baso
Pong Tiku lahir di Pangala, Sulawesi Selatan, tahun 1846. Beliau adalah petarung Toraja, pejuang gerilya, pemimpin Tana Toraja dan ahli strategi serta ekonomi.
Sebagai pemimpin, dia memiliki sifat cerdas, gigih, dan pemberani. Pong Tiku memikirkan cara agar angkatan perangnya lebih kuat dari segi persenjataan, sehingga bisa melawan Belanda.
Maka diperkuatnya ekonomi rakyat dengan meningkatkan perdagangan kopi. Beliau lalu bekerja sama dengan suku Bugis untuk berdagang, karena Bugis adalah para pedagang ulung.
Beliau juga membarter kopi dengan persenjataan sehingga pasukannya dapat melawan Belanda. Hasilnya, Pong Tiku sempat merepotkan Belanda dan menjadikan penjajah itu butuh bertahun-tahun hingga bisa menguasai Toraja.
Tana Toraja adalah daerah terakhir di Sulawesi yang ditaklukkan Belanda. Atas jasanya Pong Tiku mendapat gelar pahlawan nasional tahun 2002.
Prof. Mr. R. Iwa Koesoema Soemantri
Profesor Iwa Koesoema Sumantri adalah orang yang mengganti kata ‘Maklumat’ menjadi ‘Proklamasi’ dalam pernyataan kemerdekaan Indonesia.
Beliau lahir tanggal 31 Mei 1899 dan merupakan seorang politikus, ahli hukum, penulis, dan orator ulung. Perjuangannya dilakukan melalui Partai Nasional Indonesia.
Karena kecerdasannya, Profesor Iwa sempat bersekolah di Leiden, Belanda serta di Uni Sovyet. Pada tahun 1953-1955 beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Lalu diangkat menjadi rektor Universitas Padjadjaran Bandung.
Profesor Iwa meninggal dunia tanggal 27 November 1971 dan menjadi Pahlawan Nasional di tahun 1973.
H. Nani Wartabone
Nani Wartabone adalah teman seperjuangan Soekarno pada masa revolusi kemerdekaan. Beliau taddinya adalah seorang petani di Gorontalo, Sulawesi.
Ketidaksukaannya pada tindakan penjajah mendorong Nani Wartabone mendirikan Jong Gorontalo saat beliau bersekolah di Surabaya.
Di tahun 1928 beliau kembali ke Gorontalo dan membentuk perkumpulan tani. Perjuangannya dilakukan melalui organisasi ini.
Beliau wafat pada tanggal 3 Januari 1986. Jasanya adalah meningkatkan taraf hidup petani dan buruh, serta memimpin perjuangan revolusioner rakyat Gorontalo melawan Belanda.
Maskoen Soemadireja
Maskoen Soemadireja ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 2004. Mengingat jasa-jasanya dalam pergerakan politik untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Beliau adalah politikus sekaligus tokoh pergerakan revolusioner. Lahir di Jawa Barat pada tanggal 25 Mei 1907 dan wafat tanggal 4 Januari 1986. Perjuangannya dimulai dari tahun 1927.
Andi Mappanyukki
Andi Mappanyukki adalah Raja Bone. Ayahnya adalah Raja Gowa ke-34. Sementara ibunya adalah putri mahkota Bone.
Sepanjang hayatnya, Raja Andi Mappanyukki menentang pendudukan Belanda di Bone. Beliau menolak bekerja sama dengan Belanda. Justru beliau menghimpun seluruh raja di Sulawesi agar bersatu dan bergabung dengan NKRI.
Karena penolakan tersebut, Andi Mappanyukki dan permaisuri serta anak-anaknya diasingkan ke Tana Toraja selama 3,5 tahun. Beliau lalu diangkat menjadi Kepala Daerah Bone pada tahun 1957.
Andi Mappanyukki meninggal dunia tahun 1967 dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2004.
Raja Ali Haji Bin Raja Haji Ahmad
Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad adalah seorang pujangga, ulama, penyair, sastrawan, ahli bahasa, dan ahli sejarah yang hidup di abad ke 19.
Beliau lahir tahun 1808 di Selangor, kini wilayah Malaysia. Salah satu karya fenomenalnya adalah Gurindam Dua Belas yang sarat akan nasihat kehidupan.
Beliau juga adalah penyusun kamus pertama Bahasa Melayu yang menjadi pedoman bahasa Melayu dan Indonesia hingga sekarang.
Raja Ali Haji meninggal dunia tahun 1873 dan dimakamkan di Pulau Penyengat.
K.H. Ahmad Rifa’i
K.H. Ahmad Rifa’i lahir d Kendal, 13 November 1785. Beliau adalah ahli agama, pemuka masyarakat, serta pendiri Pesantren Kaliwungu.
Selain mengajarkan agama Islam, beliau juga membangkitkan rasa nasionalisme dan kebangsaan rakyat. Beliau mengajak masyarakat untuk memerdekakan diri dari jajahan Belanda.
Akibatnya, beliau ditangkap kompeni dan dibuang ke Ambon, lalu ke Manado. Namun justru di pengasingan perjuangan beliau semakin kuat.
Akhirnya Belanda mengasingkan lagi beliau ke Kalisasak, sebuah desa terpencil di Batang. Namun justru beliau mendirikan pesantren di sana dan santrinya semakin banyak.
Perjuangan Ahmad Rifa’i dikenal dengan nama Gerakan Taramujah. Hingga tutup usia di tahun 1870, beliau masih berjuang melawan Belanda sembari menyebarkan agama islam. Gelar Pahlawan Nasional disematkan padanya di tahun 2004.
Gatot Mangkupradja
Gatot Mangkupradja adalah tokoh Muhammadiyah, pergerakan nasional, politisi, serta tokoh revolusi kemerdekaan.
Beliau lahir tanggal 25 Desember 1898 dan wafat tanggal 4 Oktober 1968. Pergerakannya yang menyulitkan Belanda membuat Gatot Mangkupraja ditangkap dan dipenjara di Bandung bersama Soekarno.
Ismail Marzuki
Ismail Marzuki adalah komponis besar, penulis ratusan lagu-lagu perjuangan. Beliau mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2004. Selain itu, namanya diabadikan pada pusat seni di Jakarta, yaitu Taman Ismail Marzuki.
Beliau berasal dari keluarga Betawi. Lahir di Jakarta tanggal 11 Mei 1914. Dari tangannya, lahirlah ratusan lagu perjuangan yang dapat membangkitkan semangat para pejuang kemerdekaan.
Lagu adalah senjata Ismail Marzuki untuk melawan penjajahan dan mengobarkan rasa nasionalisme para pejuang. Beliau wafat tanggal 25 Mei 1958.
Kiras Bangun Alias Garatama
Kiras Bangun adalah pemimpin perjuangan rakyat Karo di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Beliau lahir tahun 1852 dan wafat di Batukarang, 22 Oktober 1942. Perjuangannya berupa bergerilya di hutan-hutan Karo melawan Belanda. Beliau juga bekerja sama dengan para pemimpin suku di Tanah Karo serta menyuplai senjata untuk para pejuang kemerdekaan.
Bagindo Azizchan
Bagindo Azizchan merupakan seorang guru, pejuang kemerdekaan, politisi, dan mantan Walikota Padang kedua. Beliau menjabat sejak tanggal 15 Agustus 1946.
Lahir di Padang tanggal 30 September 1910, beliau melancarkan perjuangan agar Indonesia merdeka melalui Partai Syarikat Islam Indonesia.
Sebelum menjadi Walikota Padang, beliau adalah Pejabat Walikota Padang selama satu tahun. Bagindong Azizchan wafat di Padang tahun 1947.
Andi Abdullah Bau Masseppe
Andi Abdullah Bau Masseppe adalah seorang bangsawan Bugis yang melawan Belanda dari jalur militer.
Beliau memimpin pasukan melawan penjajahan selama masa Revolusi Nasional. Ayahnya, Andi Mappanyukki juga adalah bangsawan Bugis sekaligus pejuang,
Andi Abdullah lahir di tahun 1918, dari keluarga yang taat beragama dan berjiwa pejuang. Beliau wafat tahun 1947 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional atas jasanya memerangi Belanda.
Dr. Mr. H. Teuku Muhammad Hasan
Teuku Muhammad Hasan adalah putera Aceh yang menjadi Gubernur Provinsi Sumatera setelah Indonesia merdeka.
Di tahun 1948-1949 beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Darurat.
Selain itu, beliau juga adalah pendidik, ahli politik, pejuang kemerdekaan, dan anggota DPR RI tahun 1950-1956. Kecerdasannya membawa beliau bersekolah hingga ke Leiden, Belanda.
R. M. Djokomono Tirto Adi Soerjo
Tirto Adi Soerjo lebih sering memakai nama T.A. S dalam tulisan-tulisannya. Beliau adalah Bapak Pers Indonesia.
Beliau adalah olrang pertama yang merintis surat kabar dan kewartawanan Indonesia. Lalu menjadikannya media gerakan politik melawan penjajahan Belanda.
Beliau menerbitkan Soenda Berita, Medan Prijaji, dan Putri Hindia, memodali dan mengelolanya bersama para wartawan pribumi.
Tirto Adi Soerjo lahir di Blora, tahun 1880. Wafat di Kepulauan Bacan, 7 Desember 1918.
K.H. Noer Ali
Noer Ali bukan hanya pemuka agama Islam, tetapi juga politikus, pejuang pergerakan kemerdekaan, dan penulis di media massa.
Beliau pernah menjabat sebagai anggota konstituante di tahun 1957-1959. Sebelumnya menjadi Wakil DPRD Kabupaten Bekasi di tahun 1950-1956.
Beliau lahir di Bekasi, tahun 1914 dan wafat tahun 1992. Perjuangannya dilakukan secara politik melalui pidato dan tulisan-tulisannya di media massa. Beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2006.
H. Padjonga Daeng Ngalle
H. Padjonga Daeng Ngalle adalah salah seorang raja di Sulawesi Selatan. Beliau lahir di tahun 1901 dan wafat tahun 1958. Selama hidupnya, beliau menentang pendudukan Belanda di Sulawesi Selatan.
Bersama para raja di daerah tersebut, mereka mengadakan konferensi dan memutuskan untuk bergabung bersama Republik Indonesia. Atas perjuangannya, gelar Pahlawan Nasional pun dianugerahkan padanya tahun 2006.
Opu Daeng Risadju
Satu lagi bangsawan Sulawesi Selatan yang berjuang melawan Belanda, yaitu Opu Daeng Risaju. Beliau lahir di Palopo tahun 1880 dan wafat tahun 1964.
Opu Daeng Risadju adalah pendakwah sekaligus pejuang kemerdekaan. Beliau melawan Belanda melalui ceramah-ceramahnya.
Jiwa patriot dan kharismanya yang membangkitkan semangat kebangsaan rakyat membuat Belanda kesulitan menaklukkan Palopo.
Izaak Huru Doko
Izaak Huru Doko lahir di Kupang pada tahun 1913 dan wafat di tahun 1985. Beliau adalah mantan Menteri Pendidikan Negara Indonesia Timur pada tahun 1950.
Selain itu, beliau juga pejuang kemerdekaan, politikus, jurnalis, dan pengajar. Saat pendudukan Jepang beliau sempat menjadi Kepala Bunkyo Kakari. Tugasnya menanagani pendidikan, kesehatan, dan keagamaan.
Beliau menyerang Belanda melalui pemikiran-pemikiran yang dituangkan dalam artikel-artikelnya di surat kabar Timor Syuho.
Sultan Hamengkubuwono I
Sri Sultan Hamengkubuwono I adalah pendiri Kerajaan Yogyakarta, yang kini kita kenal sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejak awal, raja yang lahir tahun 1717 ini sudah menentang pendudukan Belanda. Beliau pun konsisten melawan VOC sepanjang hidupnya. Sultan Hamengkubuwono I wafat tahun 1792 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun 2006.
H. Andi Sultan Daeng Radja
Andi Sultan Daeng Radja adalah ahli hukum dan politik. Beliau menentang Belanda melalui tulisan dan organisasi yang diikutinya.
Beliau juga adalah anggota PPKI dan pada tahun 1928 diam-diam mengikuti Kongres Pemuda II. Di tahun 1945 pasca proklamasi, NICA ingin kembali menguasai Indonesia.
Mereka mengajak Andi Sultan untuk bekerja sama. Karena beliau menolak, maka NICA menangkap dan mengasingkannya ke Makassar. Beliau mendapat gelar Pahlawan Nasional dan penghargaan Bintang Mahaputra di tahun 2006.
Mayjen Dr. Adenan Kapau Gani
A.K. Gani adalah tokoh militer, politisi, dokter dan ahli kesehatan, serta mantan pejabat negara. Selama perjuangan kemerdekaan, beliau berkiprah di Angkatan Darat.
beliau juga menyerang Belanda lewat pidato dan tulisannya di media massa. Sementara keahliannya di bidang kedokteran dimanfaatkan untuk membantu rakyat.
Beliau lahir tahun 1905 dan wafat tahun 1968. Di masa kabinet Amir Sjarifuddin I dan II beliau menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri.
Mr. Dr. Ida Anak Agung Gde Agung
Ida Anak Agung Gde Agung adalah tokoh politik dan ahli sejarah Indonesia. Beliau juga dokter dan raja Gianyar, Bali. Beliau lahir di Gianyar, 24 Juli 1921.
Ida Anak Agung adalah tokoh penting di masa-masa awal kemerdekaan Indonesia. Beliau melawan Belanda melalui jalur politik dan tidak bekerja sama dengan penjajah. Posisinya sebagai raja membuat Belanda kesulitan menaklukkan Gianyar sepenuhnya.
Di tahun 1970, beliau pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Austria. Di tahun 1980 beliau melanjutkan pendidikannya ke Universitas Utrecht dan meraih gelar profesor. Beliau wafat tahun 1999 di Gianyar.
Mayjen Prof. dr. Moestopo
Selain seorang tentara Angkatan Darat, dr. Moestopo juga adalah dokter gigi yang berjuang di masa revolusi kemerdekaan Indonesia. Selain itu, beliau juga pendidik.
Beliau lahir di Kediri tahun 1913. Peran pentingnya pada Perang Surabaya melawan Sekutu serta perjuangannya sepanjang hayat diganjar gelar Pahlawan Nasional di tahun 2007.
Brigjen Ignatius Slamet Rijadi
Slamet Rijadi adalah salah satu tentara paling pemberani yang dimiliki Indonesia. Di usia 19 tahun beliau telah diangkat menjadi Komandan Batalyon.
Peran pentingnya adalah pada perang Solo, Palagan Ambarawa, dan pertempuran Surabaya. Perang terakhirnya adalah melawan RMS yang ingin memberontak dari Indonesia.
Pertempuran tersebut berhasil dimenangkan oleh pasukan Indonesia, tetapi Slamet Rijadi gugur sebagai pahlawan. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kapahaha, Teluk Ambon.
Dr. Muhammad Natsir
Muhammad Natsir tidak hanya berkiprah di Indonesia, tetapi juga dunia. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Masjid se-dunia dan Presiden Liga Muslim Dunia.
Di dalam negeri, beliau adalah politikus, pejuang kemerdekaan, dan ulama besar. Jabatannya antara lain Perdana Menteri di tahun 1950-1951. Pada masanya pula Indonesia diterima di PBB.
Beliau lahir di Alahan Panjang tahun 1908 dan wafat di Jakarta tanggal 6 Februari 1993.
K.H. Abdul Halim
KH. Abdul Halim juga dikenal dengan nama Abdul Halim Majalengka. Beliau adalah seorang aktivis kemerdekaan dan ulama. Beliau juga anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Beliau lahir pada tahun 1887 dan wafat tahun 1962. Gelar Pahlawan Nasional disematkan padanya pada tahun 2008.
Soetomo Alias Bung Tomo
Bung Tomo memiliki peran penting di Pertempuran 10 November Surabaya. Pidatonya yang berapi-api membangkitkan semangat para prajurit dan rakyat saat itu.
Saat itu NICA dan Belanda ingin kembali menjajah Indonesia dan rakyat melawan untuk mempertahankan kemerdekaan. Atas perannya memimpin pertempuran, Bung Tomo mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Bung Tomo lahir di Surabaya tanggal 3 Oktober 1920 dan wafat di Arafah, Arab Saudi 7 Oktober 1981. Atas wasiatnya, beliau tidak dimakamkan di taman makam pahlawan, melainkan di TPU Ngagel, Surabaya.
Laksda Jahja Daniel Dharma Alias John Lie
Penjajah menyebut John Lie ‘Hantu Selat Malaka’ karena keahliannya menyelundupkan senjata lewat laut untuk para pejuang kemerdekaan.
John Lie adalah WNI keturunan Tionghoa. Beliau lahir tanggal 9 Maret 1911 dan merupakan perwira tinggi Angkatan Laut TNI.
John Lie ikut berperang secara tidak langsung dalam pertempuran selama bertahun-tahun. Saat itu, beliau belum resmi menjadi anggota TNI AL. John Lie sejak awal adalah pelaut yang membawa hasil bumi Indonesia ke Singapura dan Malaysia dan menukarnya dengan senjata.
Beliau ahli menembus blokade Belanda. Beliau bahkan pernah mengarungi Selat Malaka yang ganas hanya dengan kapal kecil dan selamat membawa senjata untuk para pejuang.
John Lie ikut mendirikan pangkalan angkatan laut untuk menyuplai kebutuhan senjata, logistik, dan bahan bakar bagi para tentara.
Pada tahun 1950 secara resmi John Lie menjadi Komandan Kapal Perang Rajawali. Beliau juga berperan dalam penumpasan pemberontakan RMS dan PRRI/Permesta. Beliau tutup usia tahun 1988 di Jakarta.
Prof. Dr. Ir. Herman Johannes
Prof. Mr. R. Ahmad Soebardjo
Profesor Ahmad Soebardjo adalah Menteri Luar Negeri pertama Indonesia. Beliau yang bertanggung jawab membawa berita proklamasi Indonesia ke kancah internasional agar diakui dunia.
Beliau lahir tahun 1896 di Karawang. Merupakan diplomat, ahli negosiasi ulung, politikus dan ahli hukum yang disegani. Beliau sudah ikut berjuang dalam usaha kemerdekaan Indonesia sejak masih menjadi mahasiswa.
dr. Johannes Leimena
beliau adalah politisi, dokter, aktivis kemerdekaan, dan mantan menteri di era Presiden Soekarno. Beliau lahir di Ambon, tahun 1905 dan wafat di Jakarta tahun 1977.
Semasa hidupnya, beliau pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri dan beberapa jabatan lainnya. Beliau adalah menteri yang paling lama menjabat di pemerintahan Presiden Soekarno.
Perjuangannya di masa sebelum hingga sesudah kemerdekaan sangat penting, hingga beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional di tahun 2010.
Mayor Dr. Johannes Abraham Dimara
Johannes Abraham Dimara lahir di Biak Numfor, 16 April 1916. Beliau memiliki peran penting dalam perjuangan pengembalian wilayah Irian Barat ke tangan Indonesia.
Beliau juga turut andil dalam peristiwa pengibaran Sang Saka Merah Putih di Namlea, Pulau Buru tahun 1946. Kini namanya diabadikan sebagai nama Pangkalan Udara TNI AU di Merauke.
Johannes Dimara wafat di Jakarta tanggal 20 Oktober 2000 dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional tahun 2011.
Mr. Sjafruddin Prawiranegara
Sjafruddin Prawiranegara lahir di Kecamatan Anyar, 28 Februari 1911 dan wafat di Jakarta 15 Februari 1989.
Beliau adalah orang yang diamanahi Presiden Soekarno untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia tahun 1958 di Bukittinggi.
Tujuannya adalah agar pemerintahan Indonesia tetap berdiri dan tidak bisa digulingkan oleh penjajah asing yang kembali datang ke negara kita.
Selain menjadi ketua Pemerintahan Darurat RI, beliau adalah seorang ahli ekonomi, pahlawan dalam perang gerilya, serta politisi ulung.
Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan. Beliau juga adalah Gubernur Bank Indonesia yang pertama. Karena kiprahnya untuk Indonesia sangat penting, beliau mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun 2011.
K.H. Idham Chalid
J.H. Idham Chalid adalah seorang ulama, pemuka agama, politisi, dan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Beliau lahir di Satul, tanggal 27 Agustus 1921.
Setelah Indonesia merdeka, beliau pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI. Beliau juga tokoh Nahdatul Ulama.
K.H. Idham Chalid wafat tanggal 11 Juli 2010 di Jakarta dan mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun 2011.
H. Abdul Malik Karim Abdullah
Kamu pernah mendengar nama Buya Hamka? Nah, Hamka adalah singkatan H. Abdul Malik Karim Abdullah. Beliau lahir di tahun 1908 dan wajat tahun 1981.
Buya Hamka adalah ulama sekaligus penulis. Buku-buku dan artikelnya melawan penjajahan dengan santun tetapi sangat tajam. Buya juga adalah tokoh Muhammadiyah.
Karena perjuangannya yang tanpa henti melalui tulisan, Buya Hamka mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun 2011.
Ki Sarmidi Mangunsarkoro
Ki Sarmidi Mangunsarkoro lahir di Surakarta tanggal 23 Mei 1904. Beliau adalah tokoh pendidikan. Menurutnya setiap anak harus mendapatkan pendidikan kebangsaan agar mencintai negaranya.
Pemikiran ini beliau sampaikan di Kongres Pemuda II pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928. Pada tahun 1949, beliau juga dipercaya menjadi Menteri Pendidikan danKebudayaan Indonesia, hingga tahun 1950.
Ki Sarmidi wafat tanggal 8 Juni 1957 di Jakarta. Pemikiran dan pergerakannya dalam memajukan pendidikan Indonesia menjadikan Ki Sarmidi Pahlawan Nasional di tahun 2011.
I Gusti Ketut Pudja
Satu lagi pahlawan Indonesia yang berasal dari Bali. I Gusti Ketut Pudja merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Beliau memiliki peran penting dalam perumusan naskah teks proklamasi di rumah Laksmana Maeda. Beliau juga anggota PPKI yang merumuskan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah kabinet Indonesia pertama dibentuk, beliau diangkat menjadi Gubernur Sunda Kecil hingga tahun 1946. Sunda Kecil adalah gugusan pulau di sisi timur Pulau Jawa. Mulai dari Pulau Bali hingga Timor.
I Gusti Ketut Pudja wafat tanggal 4 Mei 1977 dan ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional tahun 2011.
Sri Susuhunan Pakubuwono X
Sri Susuhunan Pakubuwono X juga adalah raja Keraton Surakarta yang berjasa pada kemerdekaan Indonesia.
Sebagai raja, beliau mendukung seluruh rencana yang memihak pada kepentingan pribumi Indonesia. Serta menentang kebijakan Belanda yang merugikan rakyat.
Sang Sultan lahir pada tahun 1866 dan wafat di tahun 1939. Sedangkan gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan pada beliau di tahun 2011.
Ignatius Joseph Kasimo Hendrowajono
Mr. Ignatius Joseph Kasimo lahir di Yogyakarta, 10 April 1900. Beliau adalah pejuang kemerdekaan, politisi, ahli ekonomi dan perdagangan, serta pemuka agama Katolik.
Salah satu peran pentingnya adalah perumusan Kasimo Plan. Isi Kasimo Plan adalah petunjuk mengenai swasembada pangan. Tujuannya agar produksi pangan meningkat dan kehidupan rakyat lebih sejahtera.
Beliau juga pernah menjadi Menteri Perdagangan RI di tahun 1955-1956. Beliau wafat tanggal 1Agustus 1986.
dr. Krt Radjiman Wedyodiningrat
dr. Radjiman adalah salah seorang pelopor berdirinya Republik Indonesia. Beliau juga adalah dokter yang berbakat, politisi, dan negarawan.
Kiprahnya dimulai saat menjadi anggota Boedi Oetomo. Beliau mengusulkan agar Boedi Oetomo membentuk milisi rakyat di setiap daerah untuk memerangi penjajah.
Beliau juga adalah anggota BPUPKI. Beliau lahir tanggal 21 April 1879 dan wafat tahun 1952.
Lambertus Nicodemus Palar
Lambertus Nicodemus Palar juga dikenal dengan panggilan Babe Palar. Beliau adalah diplomat, ahli politik dan hubungan internasional, serta negosiator ulung.
Beliau pernah menjadi duta besar Indonesia untuk India, Jerman Timur, Uni Sovyet (sekarang Rusia), AS, Kanada, dan wakil indonesia di PBB.
Beliau lahir di Rurukan, Sulawesi Selatan, tanggal 5 Juni 1900 dan wafat tanggal 13 Februari 1981 di Jakarta.
T. Bonar Simatupang
Beliau dikenal dengan nama T.B. Simatupang. Lahir di Sidikalang, 28 Januari 1920. Beliau adalah tentara pemberani, tokoh agama, dan ahli strategi.
Beliau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia setelah Jenderal Soedirman wafat.
Beliau juga aktif menjadi penulis dan pengajar di Sekolah Staf Angkatan Darat. Saat terjadi kerusuhan besar tahun 1952, beliau berperan besar menstabilkan suasana.
Beliau meninggal dunia 1 Januari 1990 di Jakarta. Pada tahun 2013 beliau diangkat menjadi Pahlawan Nasional. Wajahnya juga diabadikan dalam pecahan uang Rp500 tahun 2016.
Djamin Ginting
Letjen Drs. Djamin Ginting adalah prajurit Angkatan Darat Republik Indonesia, pejuang kemerdekaan, dan ahli strategi perang.
Beliaulahir di Suka, Tanah Karo, 12 Januari 1921 dan wafat di Ottawa, Kanada tanggal 23 Oktober 1974.
Semasa menjadi tentara, beliau berjasa besar dalam memperjuangkan kemerdekaan dengan bergerilya di Tanah Karo. Beliau juga menumpas pemberontakan DI/TII.
Jasa besarnya pada TNI Angkatan Darat adalah pencetusan Daerah Militer II/Bukit Barisan. Beliau diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 2014.
Soekarni Kartodiwirjo
Kamu ingat peristiwa Rengasdengklok, sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI? Nah, Soekarni adalah salah satu tokoh penting di peristiwa tersebut.
Beliau juga berperan penting merintis perjuangan kemerdekaan, menggerakkan pemuda untuk melawan penjajah. Setelah kemerdekaan, beliau menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok tahun 1961.
Beliau lahir tanggal 14 Juli 1916 dan wajat tanggal 7 Mei 1917. Serta mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun 2014.
H.R. Mohammad Mangundiprojo
H.R. Mohammad Mangundiprojo adalah pejuang kemerdekaan yang ikut serta dalam pertempuran di Surabaya tanggal 10 November 1945. Beliau juga adalah prajurit pemberani yang tidak kenal lelah melawan penjajah.
Beliau lahir tanggal 5 Januari 1905 di Sragen dan meninggal tahun 1988 di Bandar Lampung. Beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional tahun 2014.
K.H. Abdul Wahab Abdullah
K.H. Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang tokoh dan pendiri Nahdatul Ulama. Beliau juga aktif menjadi pengajar, dai, sekaligus pejuang.
Beliau lahir tahun 1888 dan wafat tahun 1971. Perjuangannya melalui medan dakwah diganjar gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2014.
Kesimpulan
Demikianlah 163 orang pahlawan nasional di Indonesia. Jumlah ini bisa jadi akan bertambah di masa depan, mengingat banyak sekali orang berjasa dalam perjuangan kemerdekaan RI.
Nah, sekarang kita uji yuk pemahamanmu tentang biografi tokoh-tokoh di atas. Caranya dengan klik tombol di bawah ini, atau scan QR Code yang ada pada poster.
Kamu akan diarahkan pada soal-soal latihan tentang pahlawan nasional Indonesia beserta kunci jawabannya. Yuk, dicoba!